Selasa, 26 Maret 2013

(Lanjutan) Musisi Jazz Hebat dari Indonesia


Cendi Luntungan

Cendi Luntungan lahir di Jakarta, 14 Agustus 1963 adalah salah seorang pemain drum asal Indonesia.Cendi bergabung dengan Nick Mamahit Trio tahun 1981 & dengan group band The Jazz Riders pada tahun 1983 bersama Didi Chia (piano), Oele Pattiselanno (gitar), Perry Pattiselanno (bas), dan Sutrisno (saksofon). Jazz Rider-lah yang pertama kali membentuk Cendi menjadi musisi Jazz. Sebelumnya, dia bergabung dengan grup musik Nick Mamahit Combo. Pada tahun 1986, Cendi bersama Jack Lesmana, Indra Lesmana, dan Embong Rahardjo tampil dalam ASEAN Singapore Jazz.



Embong Rahardjo

Embong Rahardjo (lahir di Solo, Jawa Tengah, 26 Januari 1950 – meninggal di Jakarta, 30 November 2001 pada umur 51 tahun) merupakan musikus jazz berkebangsaan Indonesia. Ia meninggal akibat penyakit stroke. Pada dekade 1980-an ia berkenalan dengan para musisi jazz senior, antara lain Jack Lesmana, dan pernah pula bergabung dengan kelompok musik Ireng Maulana. Bersama teman-temannya, Embong membentuk band dengan nama Gold Guys. Kelompok ini berkibar hingga awal 90-an. Embong juga bermain di beberapa klub malam di Jakarta, mereka tampil secara tetap di Green pub Restaurant. Kemudian Gold Guys berganti nama menjadi Wong Emas dan tampil di North Sea Jazz Festival. Pada tahun 1994, dengan promotor Peter F. Gontha, ia membuat rekaman dengan nama Embong Rahardjo Project. Produsernya adalah Michael Collina, produser kaliber dunia yang pernah mengorbitkan Sergio Mendez, George Benson, dan artis-artis ternama lain.
Embong juga pernah tergabung dalam beberapa grup musik lainnya seperti Jakarta All Stars, Bhaskara, dan Java Jazz. Bersama kelompok yang berbeda, Embong beberapa kali tampil di hajatan jazz dunia North Sea Jazz Festival di Den Haag, Belanda.



Barry Likumahuwa



Lahir di Jakarta, 14 Juni 1983 dalam sebuah keluarga yang memainkan musik jazz untuk hidup, dari seorang ayah trombonisnya, flutist, bassist & saksofonis. Namanya Benny Likumahuwa, seorang musisi jazz yang sangat terkenal di Indonesia. Sementara ibu seorang penyanyi, yang mengkhususkan diri dalam musik brazillian seperti samba & bossanova, tetapi juga menyanyikan standar ayunan jazz, mereka memiliki kelompok yang disebut Para Penunggang Jazz. Dibesarkan di jazz & kadang-kadang jiwa / funk lingkungan musik telah membuat Barry jatuh cinta dengan musik itu sendiri. Dibuktikan oleh fakta bahwa ia mampu meniup terompet pada usia 4, sementara kadang-kadang peluit beberapa lagu jazz utama standar seperti “Suatu hari pangeranku akan datang”, “Bluesette”, dan banyak lagu lainnya dengan sederhana berbasis melodi baris. Tertarik dengan gitar bass di 11, setelah watchin ‘Yohanes Pattitucci main’ hidup dengan Tercipta Band Corea Listrik di Festival JakJazz, dan mulai belajar bagaimana memainkan instrumen autodidactly. Setelah 6 tahun belajar bagaimana memainkan alat musik semua sendiri akhirnya ia mengikuti kursus musik saat ia berusia 17 di Lapangan Musik Farabi selama 2 tahun.



Ermy Kulit

Ermy Kullit yang memiliki nama lengkap Ermy Maryam Nurjannah Kullit lahir di Manado, 13 Mei 1955 adalah penyanyi jazz Indonesia. Ermy juga mendapat julukan sebagai Selena Jones Indonesia. Nama Ermy melejit berkat tembang "Kasih" ciptaan Richard Kyoto dan "Pasrah" ciptaan Ryan Kyoto. Sejak mulai berkarier pada tahun 1973, Ermy tercatat telah menelurkan lebih dari 20 album. Tahun 1973, Ermy hijrah ke Jakarta dan diterima bernyanyi di Hotel Marcopolo bersama mendiang Melky Goeslaw. Ermy juga sempat bernyanyi di Copacobana dan Tropicana sebelum akhirnya bertolak ke Malaysia, Singapura, dan Bangkok. Saat di Copacobana dan Tropicana, Ermy masih membawakan lagu-lagu pop Indonesia (standar lagu saat itu), dan menguasai jenis lagu berbagai irama dari dance, waltz, chacha, sampai kepada irama pop hot.




Balawan

I Wayan Balawan lahir di Gianyar, Bali, 9 September 1973 adalah pemusik Jazz Indonesia. Balawan adalah seorang gitaris Jazz yang nama mencuat dan semakin difavoritkan di Indonesia dengan teknik bermain gitar Touch Tapping Style. Balawan membentuk Batuan Ethnic Fusion yang mengusung eksplorasi musik tradisional Bali.




Bill Saragih



Bill Amirsjah-Rondahaim Saragih Garingging lahir di Sindar Raya, Simalungun, Sumatera Utara, 1 Januari 1933 – meninggal di Jakarta, 29 Januari 2008 pada umur 75 tahun.
Bill sempat mengenyam pendidikan di bangku kuliah fakultas hukum Universitas Indonesia tahun 1962-1964 namun perhatiannya besarnya tetap pada musik jazz. Pada usia enam belas tahun, ia telah menjadi pemimpin band "Billy Trio" (1949-1954). Ia kemudian memimpin band "Jazz Riders" (1962-1965) sebelum akhirnya mulai memimpin band-band yang memanggul namanya yang tampil di luar negeri seperti "Bill Saragih and The Blue Notes" (1966-1972 di Bangkok, Thailand) dan "Bill Saragih Trio" (1972-1979 di Sydney, Australia).




Indro Hardjo



Indro Hardjodikoro lahir di Jakarta, Indonesia, 14 Desember 1968 biasa dipanggil dengan nama Indro adalah seorang pemain bass berkebangsaan Indonesia. Pemain bass dengan segudang pengalaman ini mulai dikenal masyarakat luas di saat dia bergabung bersama grup musik Halmahera.
Selepas SMA Indro bertemu Tohpati pada PMMC (Yamaha), salah satu ajang pencarian bakat-bakat musik di saat itu. Dari pertemuan itu Akhirnya Indro diajak bergabung oleh Tohpati dalam Halmahera band. Halmahera sendiri memiliki gaya musik yang memiliki unsur perpaduan antar etnik Indonesia dan Fushion Jazz.Bersyukur Indro mulai bermain rutin untuk satu acara TVRI yang berjudul Gita Remaja. Namun Indro yang berjiwa petualang tak cukup puas hingga disitu, disaat yang bersamaan dia pun juga sering mencoba untuk bermain di kafe. Hingga suatu waktu bertemu Maryono (pemain Saxophone), Indro mulai lebih mendalami jazz pada khusunya swing dan banyak bergaul dengan musisi Jazz senior lainnya seperti Ireng Maulana, Embong Rahardjo, Cendi Luntungan, Oele Patiselano, Dewa Budjana dan mulai banyak bermain dengan mereka dari panggung ke pangung jazz tanah air.




Idang Rasjidi



Idang Rasjidi lahir di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, 26 April 1958 adalah seorang musisi jazz asal Indonesia. Idang dikenal karena kemampuannya memainkan piano. Idang dapat memainkan paino sebagai suara satu dan dengan vokalnya sendiri sebagsi suara dua menirukan suara dari berbagai alat musik seperti trumpet, trombone, dan perkusi.




Syaharani



Syaharani yang memiliki nama lengkap Saira Syaharani Ibrahim lahir di Batu, Jawa Timur, 27 Juli 1971 adalah penyanyi jazz Indonesia. Perempuan berdarah Bone, Sulawesi Selatan yang akrab dipanggil Rani ini hingga 2006 telah merilis 3 solo album jazzy dan satu pop trip-hop (Magma). Dia juga mewakili Indonesia di North Sea Jazz festival 2001, produser album Magma dan Buat kamu (SQf), song writer, serta vocal arranger. Rani pun pernah menjadi bintang tamu dalam Al Jarreau, Iskandarsyah Siregar & Folks, Dave Koz, Keith Martin dan Yellow Jackets Indonesia concert bersama Fourplay.



Margie Segers



Margie Segers bernama asli Margaretta Gerttruda Maria merupakan penyanyi asal Indonesia yang lahir di Cimahi, Jawa Barat pada 16 Agustus 1950. Nama Margie Segers didapatnya dari seorang tokoh pelawak ternama negeri ini yakni Mang Udel.
Pada tahun 1975 pernah membuat rekaman lagu-lagu jazz yang diproduseri oleh Jack Lesmana. Dia lebih banyak menyanyi di klub malam dan hotel berbintang di Jakarta, seperti LCC, Flaminggo, Maxim dan Hotel Indonesia. Pada tahun 1980 bersama Ireng Maulana merekam album berjudul Jazz Vocal Indonesia.



Oele Patiselanno



Oele Pattiselanno lahir dari keluarga yang menyukai musik. Piet Pattiselano, ayah Oele yang pernah menjadi pejabat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya adalah seorang pemain musik Hawaian. Di rumah, sang ayah sering memutar piringan hitam jazz seperti Stan Kenton, Oscar Peterson, hingga gitaris Joe Pass dan Kenny Burrell. Lima anak keluarga Pattiselano telah akrab dengan jazz sejak masih kanak-kanak. Adik-adik Oele, yaitu Jacky Pattiselanno dan almarhum Perry Pattiselanno adalah seniman jazz.

SUMBER

10 Musisi Jazz Hebat Dari Indonesia...


1. Indra Lesmana

Lahir di Jakarta, 28 Maret 1966 adalah salah satu musisi jazz, produser, komposer, sound engineer dari, yang merupakan anak dari tokoh jazz legendaries Indonesia, Jack Lesmana dan penyanyi senior Indonesia berdarah pada tahun 60-an Nien Lesmana.
Karier Hebat musik Jazz Indra dalam dunia musik dimulai saat usianya baru 10 tahun. Ia tampil bersama ayahnya di Bandung pada bulan Maret 1976 dengan instrumen keyboard. Dua bulan kemudian, bertempat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indra bermain keyboards dalam sebuah konser jazz yang melibatkan musisi senior seperti Jack Lesmana, Benny Likumahuwa, dan penyanyi Broery Marantika. Tahun 1978, Indra mulai merekam dan merilis album pertamanya “Ayahku Sahabatku”. Sejak awal, gaya bermusik Indra telah banyak dipengaruhi oleh gaya John Coltrane, Miles Davis, Mc Coy Tyner dan Charlie Parker, yang dipelajarinya melalui rekaman musik-musik jazz.


2. Bubi Chen



Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 9 Februari 1938 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 16 Februari 2012 pada umur 74 tahun adalah seorang pemusik jazz Indonesia. Saat berusia 5 tahun oleh ayahnya Tan Khing Hoo, Bubi diserahkan kepada Di Lucia, seorang pianis berkebangsaan Italia, untuk belajar piano. Saat itu Bubi belum bisa membaca apalagi memahami not balok. Meskipun begitu, Bubi Chen bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Di Lucia karena Bubi Chen sudah terbiasa melihat kakak-kakaknya, Jopie Chen dan Teddy Chen, saat sedang berlatih piano. Bubi Chen belajar pada Di Lucia hingga tahun kemerdekaan Indonesia.



3. Pra Budi Dharma



Lulusan Seni dari University of Washington ini bermain gitar dan bass profesional di Seattle, Amerika Serikat selama bertahun-tahun sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1984 dan mendirikan Krakatau. Dia telah mempelajari dan bereksperimen dengan musik tradisional Jawa Barat sejak tahun 1988. Pra Budi telah bekerja pada staf A & R dari Billboard Indonesia dan sebagai produser untuk sebuah label rekaman independen yang mengkhususkan diri dalam rekaman musik tradisional Jawa Barat.




4. Jack lesmana



Ayah dari musisi Jazz Indonesia juga, Indra Lesmana,. Pada usia 10 tahun Jack telah pandai bermain gitar. Dua tahun kemudian ia berkenalan dengan musik jazz dengan bermain dalam sebuah kelompok musik Dixieland.
Pada usia 15 tahun, ia pernah bergabung sebagai gitaris pada grup musik Berger Quartet yang terdiri dari Berger (piano), Putirai (drum), dan Jumono (bass). Ia juga ikut memainkan boogie-woogie bersama Boogie-Woogie Rhytmics dengan para pemusik antara lain : Micki Wyt sebagai pemimpin dan pemain piano, Oei Boeng Leng (gitar), Jack Lesmana memainkan (bass) dan Benny Heynen (klarinet). Setelah itu bersama Maryono (klarinet), Andy Sayifin (saksofon alto), Lody Item (gitar, ayah dari musisi Jopie Item), Suwarto (piano), Tuharjo dan Kadam (trompet), bergabung dalam band Irama Samudra. Kemudian bersama Maryono dan Bubi Chen, Jack Lesmana mendirikan Jack Lemmers Quartet, yang kemudian pada akhirnya diubah namanya menjadi Jack Lesmana Quintet salah satu grup jazz yang membesarkan nama-nama mereka.



5. Mus Mudjiono



Mus Mujiono lahir di Surabaya, Jawa Timur, 15 Maret 1960 adalah seorang musisi jazz Indonesia. Nono, demikian biasa dipanggil sangat menyukai musik dan menguasai hampir semua alat musik, dari keyboard, drum,gitar, saksofon, kecuali trompet. Nono juga mendapat julukan sebagai 'George Benson Indonesia'.
Nono besar di keluarga musisi. Ayahnya adalah musisi keroncong, sedangkan kakaknya, Mus Mulyadi, juga penyanyi keroncong. Sejak kelas enam SD, Nono sudah belajar gitar. Salah satu gurunya adalah Harris Sormin dari group band AKA. Kemampuannya bermain musik sangat memikat, bahkan diusianya yang baru 18 tahun, Nono telah rekaman dengan bandnya, The Hands.
Nono belajar jazz dari Jun Sen, gitaris jazz terkemuka asal Surabaya seangkatan Bubi Chen. Dari musisi yang juga pengusaha alat musik itulah ia mulai mengenal berbagai teori jazz. Nono juga belajar privat gitar klasik, agar bisa membaca not balok dengan baik. Nono tertarik pada George Benson, karena kesederhanaan permainan gitarnya. Saat itu kebanyakan gitaris rock bermain dengan berbagai macam efek aneh, berbeda dengan George Benson yang hanya memakai mulut saja. Oleh karena itu, Nono mulai mempelajari teknik scating yang merupakan ciri dari George Benson.



6.Fariz RM



Fariz Rustam Munaf yang lebih dikenal dengan nama Fariz RM lahir di Djakarta,5 Januari 1961 adalah seorang penyanyi dan musikus Indonesia. Dia dikenal masyarakat melalui lagu-lagu ciptaannya, seperti Barcelona dan Sakura, yang sempat menjadi hits pada awal dekade 1990-an.



7.Gilang ramadhan



Sejak masih kanak-kanak, Gilang telah berkenalan dengan berbagai alat musik, seperti piano, biola, dan alat musik yang paling disukainya, drum. Gilang belajar biola pertama kali di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 1971. Ia menjadi murid termuda disana. Pendalaman musiknya berlanjut ketika dua tahun kemudian. Gilang sempat pergi ke Perancis untuk belajar piano dan organ pada Slamet Abdul Sjukur, komponis kondang yang juga sempat menularkan ilmunya pada Paramitha Rusady dan Soe Tjen Marching.
Adik Gumilang Ramadhan ini meneruskan studinya di Amerika Serikat di Hollywood Professional School, pada jurusan musik tahun 1980-1982. Pada saat yang hampir sama tahun 1981-1984 Gilang belajar di Los Angeles City College (LACC), mengambil jurusan Perkusi. Gilang sempat bermain di beberapa band di Amerika, antara lain bergabung dengan LACC Big Band yang beraliran mainstream jazz pada tahun 1983 yang membuat dia dikenal secara luas sebagai musisi jazz yang hebat.




8. Dwiki Dharmawan



Sejak kecil Dwiki telah akrab dengan musik. Pada usia 6 tahun, ia telah belajar piano klasik dan belajar piano jazz kepada Elfa Secioria pada usia 13 tahun. Ia adalah lulusan SMA 3 Bandung Jurusan IPS, angkatan 1985. Karier profesionalnya bermula di tahun 1985 saat bergabung dengan grup musik Krakatau bersama Pra Budi Dharma, Donny Suhendra, dan Budhy Haryono. Pada tahun yang sama, Dwiki meraih penghargaan ‘The Best Keyboard Player’ pada Yamaha Light Music Contest 1985 di Tokyo, Jepang. Dwiki juga meraih Grand Prize Winner pada Asia Song Festival 2000 di Philipina.




9. Benny likumahua



Salah satu maestro musisi jazz Indonesia Benny mulai mengenal musik dari ibunya. Sejak remaja ia belajar musik dan not balok secara otodidak. Awalnya dia memainkan bongo, kemudian mengganti instrumennya dengan bass sebagai alat musik utamanya. Ketika Benny mulai tertarik dengan musik jazz, dia mengganti instrumennya dengan clarinet, kemudian saksofon, ia juga belajar meniup trombon. Pada tahun 1966 Benny bergabung dengan Cresendo Band dari Bandung.
Setelah 2 tahun kemudian kira-kira tahun 1968 Benny bergabung dengan The Rollies dan sempat recording untuk Polygram di Singapura serta tour keliling Indonesia makanya dia dahulu termasuk musisi jazz yang hebat di Indonesia ini. Ia juga bermain dalam berbagai band di klub-klub malam kota Bangkok, kemudian dia membentuk The Augersindo dan bermain keliling di negara-negara Asia. Lalu ia kembali lagi ke Jakarta bergabung dengan The Jazz Raiders, Jack Lesmana Combo, Trio ABC (Abadi Soesman, Benny Likumahuwa, dan Candra Darusman). Kemudian pada tahun 1980 Benny bergabung lagi bersama Ireng Maulana All Star.



10. Ireng Maulana



Ireng Maulana salah satu penggemar gitar fender putra dari pasangan Max Maulana dengan Georgiana Sinsoe. Bakat musiknya menurun dari ayahnya, seorang pemain gitar asal Cirebon dan ibunya asal Sangir, adalah seorang penyanyi yang pandai memainkan piano. Nama Ireng diperoleh pada masa kanak-kanak. Adik kandung Kiboud Maulana ini terpaksa dititipkan orang tuanya kepada orang lain, untuk mengubah tabiatnya yang amat bandel. Kebetulan yang menerimanya adalah tetangganya, orang Jawa, yang kemudian memberi nama baru musisi jazz ini manjadi “Ireng”, yang artinya hitam, meskipun kulit si kecil anak putih bersih. Kesenangan akan musik jazz mungkin turun dari pamannya, Tjok Sinsoe, pemain bass pada era jazz tahun 40-an.
Tahun 1978 mendirikan grup Ireng Maulana All Stars dengan delapan anggota antara lain, Benny Likumahuwa, (trombone), Hendra Wijaya (piano),Maryono (saksofon), Benny Mustapha (drums), Karim Tes (trompet), Roni, (bass) dan Ireng Maulana sendiri pada (gitar dan banjo). Kelompok ini terus berkembang hingga terbentuknya Ireng Maulana Associates, sebuah organisasi tempat bergabung para musisi jazz di Jakarta. Dengan lembaga ini pula Ireng menyelenggarakan pesta musik jazz internasional Jakarta Jazz Festival. Selain itu ia juga pernah ikut tampil di North Sea Jazz Festival di Belanda.
Penampilannya dalam Festival Jazz Internasional di Singapura, September tahun 1983, mungkin tidak terlupakan Ireng Maulana. Dengan membawa bendera Ireng Maulana All Stars, sambutan penonton di luar dugaan. Mulanya terkesima, lalu di akhir pertunjukan mereka berdiri, bertepuk tangan, dan meneriakkan bis”(lagi) berkali-kali. Esoknya, pada tanggal 25 September 1983, surat kabar The Sunday Times, muncul dengan berita berjudul Standing Ovation for Jazz Group. Hal yang konon belum pernah dilakukan sebelumnya oleh penonton Singapura, terutama untuk musik jazz.

Sumber : Sumber 

Awal Muasal Jazz

Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues, ragtime, dan musik Eropa, terutama musik band. Beberapa subgenre jazz adalah Dixieland, swing, bebop, hard bop, cool jazz, free jazz, jazz fusion, smooth jazz, dan CafJazz. Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dengan akar-akar dari musik Afrika dan Eropa.Musik jazz banyak menggunakan instrumen gitar, trombon, piano, terompet, dan saksofon. Salah satu elemen penting dalam jazz adalah sinkopasi.

Yang menarik adalah bahwa asal kata “jazz” berasal dari sebuah istilah vulgar yang digunakan untuk aksi seksual. Sebagian irama dalam musik jazz pernah diasosiasikan dengan rumah-rumah bordil dan perempuan-perempuan dengan reputasi yang kurang baik. Dalam perjalanannya kemudian, jazz akhirnya menjadi bentuk seni musik, baik dalam komposisi tertentu maupun improvisasi, yang merefleksikan melodi-melodi secara spontan. Musisi jazz biasanya mengekspresikan perasaannya yang tak mudah dijelaskan, karena musik ini harus dirasakan dalam hati. “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” begitu menurut Louis Armstrong.

Musik Jazz sendiri lahir di Amerika Serikat tahun 1868. Hal itu adalah yang ditulis oleh para peneliti sejarah jazz dan yang telah disepakati oleh berbagai pihak. Walaupun musik jazz lahir di Amerika Serikat, namun kini jazz bukan lagi hanya milik bangsa Amerika, melainkan sudah menjadi sebuah warna musik yang dimiliki oleh seluruh masyarakat dunia.

 Awalnya, musik jazz lahir dengan dasar Blues. Kemudian pada sekitar tahun 1987 mulai dikenal bentuk Rag Time, yang pada waktu itu berupa permainan piano di bar-bar. Blues dan Rag Time berkembang menjadi Boogie – Woogie. Bentuk-bentuk tersebut selain merambah pada jalurnya sendiri, juga berkembang menelusuri perjalanan musik jazz.

Para peneliti musik mengemukakan, bahwa bentuk musik jazz yang dapat dianggap sebagai bentuk awal yang berkembang dari zaman ke zaman sampai bentuk jazz yang ada saat ini, adalah bentuk musik jazz yang terdapat sekitar tahun 1915 – 1917. Pada masa itu, para negro di New Orleans memainkan musik jazz yang memiliki corak yang khas, sehingga dikenal sebagai jazz New Orleans.

Para musisi jazz New Orleans, menyajikan penampilan mereka di bar, rumah judi, bahkan tempat-tempat pelacuran yang di masa itu sangat tumbuh subur di New Orleans. Karena dianggap mengurangi perhatian masyarakat terhadap pemerintahan dan banyak terjadinya tindak kriminal, maka pada tahun 1917 tempat hiburan hampir di seluruh New Orleans ditutup. Musik Jazz lalu berkembang keluar dari kota New Orleans.

Para musisi jazz yang berasal dari New Orleans mulai membawa musik jazz menelusuri sungai Mississippi, terus ke arah utara hingga sampai di Detroit. Di tahun 1920-an musik jazz telah berkembang di New York, Cichago, Memphis dan kota-kota besar di Amerika Serikat.